Jumat, 12 Februari 2016

REUNI 30 TAHUN : RAINBOW SMILE

REUNI 30 TAHUN FKG UGM '86
BELITUNG, 6-8 FEBRUARI 2016

Persahabatan yang terjalin makin akrab melalui grup Whatsapp semenjak Reuni 25 tahun membuahkan ide untuk membuat Reuni 30 Tahun. Voting dilakukan untuk memilih lokasi tempat reuni diadakan. Dari beberapa usulan yakni Borobudur- Yogyakarta, Bromo-Malang dan Belitung, akhirnya terpilih Belitung dengan peminat terbanyak. Dari sini dibentuklah kepanityaan yang selalu saja orang-orang yang sama J. Dari hasil diskusi lewat grup WA, akhirnya disepakati tema Reuni 30 tahun ini "Rainbow Smile" dengan alasan diadakan di Belitung, negeri Laskar Pelangi dan tentu saja beragamnya karakter setiap alumni FKG UGM angkatan 86.


Pertemuan awal dilakukan di Jakarta 8 Februari 2015 dan disepakati bahwa selain reuni kami juga akan menyelenggarakan bakti sosial. Sehingga selain berwisata, berkumpul dan bertemu dengan teman-teman seangkatan, kami juga peduli dengan berbagi ilmu kepada masyarakat sekitar.
Jika diingat, betapa serunya panitya yang bertugas mencari peserta dan mengejar pelunasan pembayaran untuk reuni kali ini yang bisa dicicil hingga 31 Desember 2015. Ternyata tidak mudah meyakinkan peserta untuk ikut serta, karena banyak kendala seperti ijin pihak keluarga, pekerjaan, kesehatan, studi dan lain-lain. Namun sampai batas waktu terakhir akhirnya terkumpul juga 70-an peserta yang artinya hampir dua pertiga angkatan 86 resmi mendaftar. Kerja keras luar biasa dari drg. Shinta Dewi sebagai  ketua korwil Jakarta, Sumatera dan Kalimantan,  drg. Eri Wishwa Dewi ketua korwil Yogyakarta, drg. Henny Sukma ketua korwil Jawa Barat, drg. Dyah Fatmasari untuk korwil Jawa Tengah, drg. Kristanti Parisihni ketua korwil Jawa Timur yang akhirnya bisa mengajak peserta sebanyak ini. Bravo!!!

Selain mengajak peserta sebanyak mungkin, panitya juga rajin mengirim proposal terutama kepada teman-teman yang dianggap bisa mendukung berlangsungnya reuni akbar ini misalnya dengan menyumbang dana atau barang baik untuk operasional, gimmicks maupun doorprize. Ternyata banyak juga teman-teman yang berkenan menyisihkan sebagian rejekinya untuk memeriahkan reuni ini. Bahkan dari instansi seperti Bank Mandiri pun ikut menjadi penyandang dana, Unilever menyumbang sikat dan pasta gigi, GlaxoSmithKline menyumbang Listerine. Dari teman-teman seangkatan secara pribadi juga ada yang menyumbang kaos, bahan batik, tumbler, baju batik, tas, dan sebagainya. Semakin banyak gimmicks tentu semakin menarik walaupun tentu saja bukan itu tujuan dari reuni. Kami yakin, semangat gotong royong ini juga menjadi nyawa kesuksesan sebuah reuni. Dari kita untuk kita!

Menjelang hari keberangkatan, keriuhan di grup WA semakin menjadi dan ini sangat bagus untuk membangun suasana makin memanas dan akrab. Terlewat sehari saja bisa ratusan bahkan ribuan chat muncul dan tertinggal cerita yang kadang penting namun lebih sering tidak penting. Hahahaaa…. Tak hanya itu, muncul jargon-jargon unik seperti germbokmu alias seger mbokmu yang bisa berarti keren, sip, top, cool untuk mengapresiasi sesuatu hal atau kejadian. Istilah ini dikumandangkan oleh biang jargon drg. Indri Setyowati yang selalu ditunggu kehadirannya didalam celotehan harian grup WA kami. Istilah lain seperti "ndremimil" bahasa Jawa yang artinya ceriwis ditujukan kepada tim marketing yang rajin memberi info atau mengejar pelunasan. Sungguh tiada hari tanpa "germbokmu" terlewat dalam celotehan grup kami.

Kamis sore 4 Februari 2016, tim Jakarta bersiap untuk final meeting dengan tim dari Event Organizer di sebuah café di bilangan Tebet. Baru disadari begitu banyak barang bawaan panitya yang harus diangkut ke Belitung dan tim EO dari Tugu Mandiri yang ownernya drg. Maria Ani Lis sesama angkatan 86 adalah tim yang sangat profesional dibidangnya sehingga semua masalah bisa diatasi tuntas.


Jumat pagi 5 Februari 2016, tim pertama panitya dan EO (saya Fajar Sulawati, drg. Bagus Ario, drg. Krisbudi, drg. Lis dan bu Tika) sudah siap di Bandara Soekarno Hatta untuk terbang ke Tanjung Pandan dan menjadi tim beres-beres yang akan memastikan semua kegiatan kami baik Baksos dan lain-lain berjalan lancar. Bagasi kami ternyata lebih dari 100 kg padahal pesawatnya adalah jenis Bombardier CRJ 1000 yang merupakan pesawat kecil. Bahkan koper kecil kami pun akhirnya harus masuk bagasi karena kabin tidak muat.


Tiba di Tanjung Pandan, matahari menyambut kami dengan ramah, panas menusuk kulit tapi kami happy karena terbayang keriaan yang akan kami hadapi dalam tiga hari kedepan. Setelah check-in di Hotel Grand Hatika dan memeriksa kesiapan hotel kami makan siang di Pantai Tanjung Tinggi dijamu oleh Bapak dan Ibu Devan (tokoh masyarakat Belitung yang ikut mendukung Baksos dan Reuni 30 tahun kami) yang super ramah. Bahkan setelahnya kami diwajibkan untuk mencicipi kopi Belitung yang terkenal di warung kopi Kong Djie di Jimbaran Resort Balitong. Tak hanya itu, dalam perjalanan kembali ke Tanjung Pandan, kami mampir makan duren Belitung di Tanjung Binga. Benar-benar sambutan yang luar biasa!

Kembali ke hotel untuk meeting dengan Kepala Sekolah SDN 38 ibu Agustiningsih, Ketua PDGI Belitung drg. Suhartatik dan beberapa dokter gigi Belitung yang akan membantu kami Baksos, berlangsung akrab. Sesuai rencana, setelahnya kami diundang makan malam di Restoran Seafood Ratu Rasa dan semua ini dijamu oleh Bapak dan Ibu Devan lagi….(maaf ya teman-teman…hihihii…). Kebetulan Kadinkes Belitung dr.Suhandri Sp.OG dan Ketua PDGI Belitung drg Suhartatik adalah kenalan baik Bapak dan Ibu Devan juga.

Sabtu pagi, 6 Februari 2016, WA sudah berbunyi jam 2.30 dini hari, tim Bandung siap menuju Bandara Soekarno Hatta. Beberapa teman dari luar Jakarta pun sudah memberikan sinyal akan kesiapan keberangkatan mereka. Tim kedua yaitu tim drg. Henny Sukma, drg. Gagah Daru Setiawan, drg. E. Setyodewi, drg. Ratna Sari Dewi, drg. E. Hendarti dan drg. Roethiana menjadi kelompok terbang kedua yang kami tunggu di lokasi Baksos pagi ini.

Murid-murid dan guru-guru SDN 38 sangat antusias menyambut kami. Sebelumnya mereka bahkan sudah diberi pengarahan oleh Kepala Sekolah untuk bersiap menyambut kegiatan Bakti Sosial kami. Sambil menunggu tim kedua tiba, kami tim pertama dan dokter gigi Belitung mulai melakukan pembagian bingkisan kepada murid-murid kelas 1 sampai kelas 3 yang sangat antusias mendapatkan bingkisan berupa buku dan alat tulis, sikat dan pasta gigi, makanan kecil dan mainan. Kegiatan menyikat gigi massal ini dilakukan dalam dua sesi yaitu sesi pertama untuk anak kelas 1 sampai kelas 3 karena jam pulang sekolah jam 10 pagi, sedangkan sesi kedua kelas 4 sampai kelas 6 karena mereka pulang lebih siang. Sesi pertama acara menyikat gigi bersama dilakukan di halaman sekolah dan berlangsung tertib dan lancar ditengah teriknya matahari.






Sambil menunggu kedatangan tim ketiga yang berangkat dari Jakarta jam 10.40, kami melakukan penyuluhan cara menyikat gigi yang benar oleh drg. Ratna Sari Dewi kepada murid-murid di aula sekolah. Hadir dalam acara ini Ketua PDGI Belitung drg. Suhartatik, Kepala Dinas Kesehatan dr.Suhandri, Sp.OG dan Kepala Puskesmas area Tanjung Pendam.
Akhirnya tim ketiga yang ditunggu-tunggu datang juga di SDN 038. Sebanyak 67 orang alumni FKG UGM angkatan 86 tiba dalam 2 bis kecil dan disambut meriah oleh Kepala Sekolah, guru-guru dan murid-murid. Tarian selamat datang sebagai penghormatan kepada tamu disajikan oleh murid-murid dengan indahnya. Drg. Gagah sebagai ketua panitya diwajibkan untuk mencicipi sirih sebagai tanda penghormatan. Sungguh sebuah sambutan yang hangat dan mengharukan!





Setelah tarian sekapur sirih, acara menyikat gigi massalpun dilakukan oleh murid-murid kelas 4 sampai kelas 6 yang sudah menunggu sejak pagi. Acara berlangsung meriah apalagi dengan kehadiran puluhan alumni yang berkaos cantik bertuliskan “Rainbow Smile” yang merupakan kaos seragam tematik kegiatan Baksos dan Reuni 30 FKG UGM 86 ini.
Tak membuang waktu lama, acara Baksos pun berakhir, kami berpamitan dengan pihak sekolah dan para dokter gigi Belitung yang membantu kegiatan kami dan langsung naik bis untuk melanjutkan perjalanan ke Belitung Timur. Perjalanan wisata pertama di Negeri Laskar Pelangi pun dimulai.

Perjalanan sepanjang 90 kilometer ini ditempuh dalam waktu 1,5 jam dalam kondisi hujan. Sepanjang jalan celotehan teman-teman meramaikan perjalanan dan tak terasa kamipun tiba di Gantong, di lokasi replika SD Muhammdiyah yang menjadi lokasi film Laskar Pelangi. Waktu yang terbatas dan kondisi hujan  membuat kami tak bisa berlama-lama disini dan lanjut ke lokasi lain yaitu Museum Kata Andrea Hirata di Kota Manggar. Museum ini didirikan oleh Andrea Hirata, novelis yang terkenal karena novelnya “Laskar Pelangi”, sukses difilmkan, merupakan bangunan khas Belitung yang penuh dengan foto, piagam penghargaan dan poster kata-kata bijak karya Andrea Hirata. Di bagian belakangnya terdapat café dimana wisatawan bisa bersantai menikmati kopi dan makanan khas Belitung. 





Dari Museum ini kami beranjak ke kediaman Bapak Basuki Cahaya Purnama yang sekarang menjadi Gubernur DKI Jakarta. Disana ada tempat pembuatan batik khas Belitung yang kini sudah dikembangkan sebagai kekayaan budaya  dan menjadi salah satu cindera mata khas daerah ini.
Karena kami sudah berada di Manggar, ibukota Belitung Timur yang terkenal dengan sebutan Kota dengan 1001 Warung Kopi, maka tidak sah rasanya jika tidak menikmati kopi khas Manggar. Kamipun mampir di Warung Kopi Millenium menikmati kopi susu atau kopi O (kopi hitam tanpa gula) ditemani pisang goreng panas yang makin nikmat rasanya ditengah suasana hujan rintik.


Perjalanan kembali ke Tanjung Pandan sedikit lebih tenang dari sebelumnya, mungkin karena lelah atau kekenyangan. Namun sebelum kembali ke hotel, kami makan malam dahulu di Restauran Dynasty dan menikmati berbagai sajian seafood seperti kepiting saus padang, sup ikan, cumi, kepiting isi yang lezat dan terlupakanlah urusan diet (khususnya yang harus berdiet kolesterol).  Kembali ke hotel dengan perut kenyang dan badan lelah, saatnya beristirahat untuk bersenang-senang esok harinya. Namun dari pernyataan beberapa teman, ternyata banyak yang baru tidur lewat tengah malam karena saling bertukar cerita dengan teman sekamar yang sudah lama tidak berjumpa. Yah…inilah reuni….


Minggu, 7 Februari 2016. Keriaan sudah bergaung di Kemuning Restaurant Hotel Grand Hatika saat waktu sarapan pagi. Wajah-wajah ceria dan excited siap untuk menikmati wisata pulau atau island hopping yang terkenal di negeri Laskar Pelangi sebagai salah satu keharusan jika bertandang kesini. Jam 8 sesuai rencana kamipun sudah dalam perjalanan menuju Pantai Tanjung Kelayang dimana perahu untuk wisata pulau sudah disiapkan oleh pihak EO. Tim dibagi dalam 3 perahu berkapasitas 10-30 orang dan setiap orang wajib memakai life-vest jacket untuk keamanan. Angin barat yang sedang berlangsung di bulan Februari membuat adrenalin sedikit meningkat karena ombak setingi 1 hingga 2 meter mengayun perahu naik dan turun. Tapi bagi sebagian peserta hal ini menjadikan suasana makin seru.


Perjalan pertama menuju Pulau Lengkuas berlangsung sekitar 30 menit. Menara mercusuar yang menjulang tinggi, langit biru dan pasir putih dan bebatuan granit dikeliling air laut yang kehijauan menjadikan pulau ini pantas menjadi icon Belitung. Sungguh pemandangan yang memanjakan hati dan pikiran. Sebagian peserta dengan tekad bulat berniat untuk menahlukkan mercusuar setinggi 65 meter dengan 318 anak tangga dan sebagian memilih untuk berfoto disekitar pulau atau mengobrol sambil menikmati keindahan pulau Lengkuas sambil mengunyah berbagai makanan bawaan dari berbagai daerah yang dibawa peserta.





Dari Pulau Lengkuas, perjalanan dilanjutkan menuju Pulau Kepayang untuk istirahat makan siang dan solat. Pulau Kepayang adalah satu-satunya pulau yang memiliki sumber air tawar sehingga menjadi pulau singgah untuk makan siang para wisatawan. Disini juga ada café, mushola dan tentunya toilet yang layak dan bersih. Menu makan siang kami hari ini adalah seafood (lagi) dengan sajian pembuka sup ikan gangan yang rasanya asam-asam segar. Ikan gangan  sendiri merupakan ikan khas daerah ini dan kulitnya yang seperti kikil atau kulit sapi memang unik dan tidak dijumpai di daerah lain. Sajian lainnya tak kalah lezat yaitu, cumi goreng tepung, udang bakar, ikan bakar, tumis kangkung dan tumis genjer. Ada lagi menu tambahan dari peserta yaitu pempek Palembang bawaan drg. Yuni, ketan bakar dan sambal pengkang dari Mempawah yang dibawa drg. Asih, lumpia Semarang bawaan drg. Lusi dan berbagai camilan lain sangat memanjakan perut kami….super duper keren kekompakan FKG UGM angkatan 86 ini!


Perjalanan dilanjutkan kembali menuju Pantai Tanjung Kelayang dengan melewati beberapa spot yaitu Pulau Pasir, pulau yang hanya berupa gundukan pasir yang sayangnya tidak muncul karena kondisi laut pasang, kemudian menuju Pulau Batu Berlayar yang unik berupa gugusan batu-batuan yang berdiri vertikal yang bila sedang tertutup air pasang nampak seperti layar perahu. Terakhir kami melewati Pulau Burung Garuda, tumpukan bebatuan yang nampak seperti kepala burung dilihat dari kejauhan. Tiba di Pantai Tanjung Kelayang perut kami masih dimanjakan oleh suguhan kopi dan teh panas dengan pisang goreng lezat sebelum melanjutkan perjalanan ke Pantai Tanjung Tinggi.

Pantai Tanjung Tinggi, adalah pantai cantik yang terdiri dari ribuan batu granit yang bertebaran disepanjang pantai yang terkenal sebagai lokasi film Laskar Pelangi. Sayang waktu kami dibatasi hanya 30 menit karena kami harus bersiap untuk acara puncak reuni ini pada malam harinya. Padahal tempat yang kami eksplor di pantai ini baru sebagian kecil. 

Rupanya kami harus mengejar waktu untuk menikmati mie Belitung sebelum restoran tersebut tutup. Jadilah perut kami (yang sebenarnya masih kenyang) diisi mie khas Belitung dengan kuah udang kental yang terasa manis menggoyang lidah.

Malam harinya, acara puncak yang bertajuk “Hawaiian Night” digelar di poolside Hotel Grand Hatika tepat jam 7 malam. Sesuai dresscode semua peserta memakai atasan cerah dan bawahan jeans. Panitya sudah menyiapkan kalung, mahkota dan pin bunga-bunga untuk dipakai tiap peserta supaya makin meriah penampilannya. Acara yang dipandu MC drg. Krisbudi, drg. E. Setyodewi dan drg. Bagus Ario berlangsung seru dan meriah. Apalagi begitu banyak hadiah dibagikan untuk siapapun yang berhak baik dari permainan maupun kriteria-kriteria konyol yang sudah disiapkan tim acara. Terpilih sebagai King dan Queen adalah drg. Budi Baskoro dan drg. Indri Setyowati dengan kriteria sebagai alumni yang bermetamorfosa paling luar biasa (jika dibandingkan dengan masa kuliah dulu). King dan Queen diwajibkan untuk duduk disinggasananya di atas panggung sepanjang acara yang penuh gelak tawa ini. Setelah hampir 4 jam, acara malam keakraban pun usai dengan diluncurkannya kembang api dan confetty, semua peserta puas dan senang. Panitya tentunya juga lega.




Senin 8 February 2016, hari raya Imlek bagi kaum Tionghoa dan hari libur nasional, merupakan hari terakhir rangkaian kegiatan reuni di Belitung. Tak seperti pagi sebelumnya, pagi ini banyak peserta yang memanfaatkan waktunya untuk bermain ke Pantai Tanjung Pendam atau berjalan-jalan disekitar hotel setelah sarapan pagi. Jadwal acara hari ini setelah check-out di hotel adalah mengunjungi Rumah Adat Belitung dan Danau Kaolin. Sayang, saya malah tidak bisa bergabung dengan yang lain karena ada hal yang harus dikerjakan pagi ini. Namun melihat foto-foto kunjungan teman-teman ke Rumah Adat dan Danau Kaolin menunjukkan wajah-wajah ceria dan sangat menikmati kebersamaan dengan teman-teman yang segera akan berpisah.










Jam 11 siang, semua sudah siap di Bandara Soettan Hanandjoeddin, Tanjung Pandan, peluk cium perpisahan mulai berlangsung diantara kami. Tak terasa waktu 3 hari ini sudah berakhir. Pesawat Bombardier CRJ 1000 Garuda Indonesia membawa kami terbang kembali ke Jakarta. Di bandara Soekarno Hatta, tim Semarang sudah ditunggu penerbangan selanjutnya ke Semarang, tim Yogyakarta masih menunggu 4 jam kemudian untuk terbang, tim Bandung langsung menuju travel yang telah menunggu untuk kembali ke Bandung, tim Jakarta pun berpencar kembali ke rumah masing-masing.

Alhamdulillah, usai sudah perjalanan dan reuni yang luar biasa ini. Terimakasih teman-teman untuk kebersamaannya. Semoga masih ada waktu bagi kita untuk bertemu lagi. Salam FKG UGM 86!!! Love you all!!!


(Catatan ini ditulis oleh Fajar Sulawati, mohon maaf apabila sudut pandang cerita dan pengalaman yang dialami selama kegiatan berlangsung berbeda dengan yang lain)
Salam, Fajar Sulawati




Tidak ada komentar:

Posting Komentar