REUNI 30 TAHUN FKG UGM '86
BELITUNG, 6-8 FEBRUARI 2016
Persahabatan yang terjalin makin akrab melalui grup Whatsapp semenjak Reuni 25 tahun membuahkan
ide untuk membuat Reuni 30 Tahun. Voting dilakukan untuk memilih lokasi tempat
reuni diadakan. Dari beberapa usulan yakni Borobudur- Yogyakarta, Bromo-Malang
dan Belitung, akhirnya terpilih Belitung dengan peminat terbanyak. Dari sini
dibentuklah kepanityaan yang selalu saja orang-orang yang sama J. Dari hasil diskusi lewat grup WA, akhirnya disepakati tema Reuni 30 tahun ini "Rainbow Smile" dengan alasan diadakan di Belitung, negeri Laskar Pelangi dan tentu saja beragamnya karakter setiap alumni FKG UGM angkatan 86.
Pertemuan awal dilakukan di Jakarta 8 Februari 2015 dan
disepakati bahwa selain reuni kami juga akan menyelenggarakan bakti sosial.
Sehingga selain berwisata, berkumpul dan bertemu dengan teman-teman seangkatan,
kami juga peduli dengan berbagi ilmu kepada masyarakat sekitar.
Jika diingat, betapa serunya panitya yang bertugas mencari
peserta dan mengejar pelunasan pembayaran untuk reuni kali ini yang bisa
dicicil hingga 31 Desember 2015. Ternyata tidak mudah meyakinkan peserta untuk
ikut serta, karena banyak kendala seperti ijin pihak keluarga, pekerjaan, kesehatan,
studi dan lain-lain. Namun sampai batas waktu terakhir akhirnya terkumpul juga
70-an peserta yang artinya hampir dua pertiga angkatan 86 resmi mendaftar.
Kerja keras luar biasa dari drg. Shinta Dewi sebagai ketua korwil Jakarta, Sumatera dan
Kalimantan, drg. Eri Wishwa Dewi ketua korwil Yogyakarta, drg. Henny Sukma ketua
korwil Jawa Barat, drg. Dyah Fatmasari untuk korwil Jawa Tengah, drg. Kristanti
Parisihni ketua korwil Jawa Timur yang akhirnya bisa mengajak peserta sebanyak
ini. Bravo!!!
Selain mengajak peserta sebanyak mungkin, panitya juga rajin
mengirim proposal terutama kepada teman-teman yang dianggap bisa mendukung berlangsungnya
reuni akbar ini misalnya dengan menyumbang dana atau barang baik untuk
operasional, gimmicks maupun doorprize. Ternyata banyak juga teman-teman yang
berkenan menyisihkan sebagian rejekinya untuk memeriahkan reuni ini. Bahkan
dari instansi seperti Bank Mandiri pun ikut menjadi penyandang dana, Unilever
menyumbang sikat dan pasta gigi, GlaxoSmithKline menyumbang Listerine. Dari
teman-teman seangkatan secara pribadi juga ada yang menyumbang kaos, bahan
batik, tumbler, baju batik, tas, dan sebagainya. Semakin banyak gimmicks tentu
semakin menarik walaupun tentu saja bukan itu tujuan dari reuni. Kami yakin,
semangat gotong royong ini juga menjadi nyawa kesuksesan sebuah reuni. Dari
kita untuk kita!
Menjelang hari keberangkatan, keriuhan di grup WA semakin
menjadi dan ini sangat bagus untuk membangun suasana makin memanas dan akrab.
Terlewat sehari saja bisa ratusan bahkan ribuan chat muncul dan tertinggal
cerita yang kadang penting namun lebih sering tidak penting. Hahahaaa…. Tak hanya itu, muncul jargon-jargon unik seperti germbokmu alias seger mbokmu yang bisa berarti keren, sip, top, cool untuk mengapresiasi sesuatu hal atau kejadian. Istilah ini dikumandangkan oleh biang jargon drg. Indri Setyowati yang selalu ditunggu kehadirannya didalam celotehan harian grup WA kami. Istilah lain seperti "ndremimil" bahasa Jawa yang artinya ceriwis ditujukan kepada tim marketing yang rajin memberi info atau mengejar pelunasan. Sungguh tiada hari tanpa "germbokmu" terlewat dalam celotehan grup kami.
Kamis sore 4 Februari 2016, tim Jakarta bersiap untuk final
meeting dengan tim dari Event Organizer di sebuah café di bilangan Tebet. Baru
disadari begitu banyak barang bawaan panitya yang harus diangkut ke Belitung
dan tim EO dari Tugu Mandiri yang ownernya drg. Maria Ani
Lis sesama angkatan 86 adalah tim yang sangat profesional dibidangnya sehingga semua masalah bisa
diatasi tuntas.
Jumat pagi 5 Februari 2016, tim pertama panitya dan EO (saya Fajar Sulawati,
drg. Bagus Ario, drg. Krisbudi, drg. Lis dan bu Tika) sudah siap di Bandara
Soekarno Hatta untuk terbang ke Tanjung Pandan dan menjadi tim beres-beres yang
akan memastikan semua kegiatan kami baik Baksos dan lain-lain berjalan lancar.
Bagasi kami ternyata lebih dari 100 kg padahal pesawatnya adalah jenis
Bombardier CRJ 1000 yang merupakan pesawat kecil. Bahkan koper kecil kami pun
akhirnya harus masuk bagasi karena kabin tidak muat.
Tiba di Tanjung Pandan, matahari menyambut kami dengan
ramah, panas menusuk kulit tapi kami happy
karena terbayang keriaan yang akan kami hadapi dalam tiga hari kedepan. Setelah
check-in di Hotel Grand Hatika dan memeriksa kesiapan hotel kami makan siang di
Pantai Tanjung Tinggi dijamu oleh Bapak dan Ibu Devan (tokoh masyarakat Belitung yang ikut mendukung Baksos dan Reuni 30 tahun kami) yang super ramah. Bahkan
setelahnya kami diwajibkan untuk mencicipi kopi Belitung yang terkenal di
warung kopi Kong Djie di Jimbaran Resort Balitong. Tak hanya itu, dalam perjalanan kembali ke Tanjung
Pandan, kami mampir makan duren Belitung di Tanjung Binga. Benar-benar sambutan
yang luar biasa!
Kembali ke hotel untuk meeting dengan Kepala Sekolah SDN 38
ibu Agustiningsih, Ketua PDGI Belitung drg. Suhartatik dan beberapa dokter gigi
Belitung yang akan membantu kami Baksos, berlangsung akrab. Sesuai rencana,
setelahnya kami diundang makan malam di Restoran Seafood Ratu Rasa dan semua ini
dijamu oleh Bapak dan Ibu Devan lagi….(maaf ya teman-teman…hihihii…). Kebetulan Kadinkes Belitung dr.Suhandri Sp.OG dan Ketua PDGI Belitung drg Suhartatik adalah kenalan baik Bapak dan Ibu Devan juga.
Sabtu pagi, 6 Februari 2016, WA sudah berbunyi jam 2.30 dini
hari, tim Bandung siap menuju Bandara Soekarno Hatta. Beberapa teman dari luar
Jakarta pun sudah memberikan sinyal akan kesiapan keberangkatan mereka. Tim
kedua yaitu tim drg. Henny Sukma, drg. Gagah Daru Setiawan, drg. E. Setyodewi,
drg. Ratna Sari Dewi, drg. E. Hendarti dan drg. Roethiana menjadi kelompok
terbang kedua yang kami tunggu di lokasi Baksos pagi ini.
Murid-murid dan guru-guru SDN 38 sangat antusias menyambut
kami. Sebelumnya mereka bahkan sudah diberi pengarahan oleh Kepala Sekolah
untuk bersiap menyambut kegiatan Bakti Sosial kami. Sambil menunggu tim kedua
tiba, kami tim pertama dan dokter gigi Belitung mulai melakukan pembagian
bingkisan kepada murid-murid kelas 1 sampai kelas 3 yang sangat antusias
mendapatkan bingkisan berupa buku dan alat tulis, sikat dan pasta gigi, makanan
kecil dan mainan. Kegiatan menyikat gigi massal ini dilakukan dalam dua sesi
yaitu sesi pertama untuk anak kelas 1 sampai kelas 3 karena jam pulang sekolah
jam 10 pagi, sedangkan sesi kedua kelas 4 sampai kelas 6 karena mereka pulang
lebih siang. Sesi pertama acara menyikat gigi bersama dilakukan di halaman
sekolah dan berlangsung tertib dan lancar ditengah teriknya matahari.
Sambil menunggu kedatangan tim ketiga yang berangkat dari
Jakarta jam 10.40, kami melakukan penyuluhan cara menyikat gigi yang benar oleh
drg. Ratna Sari Dewi kepada murid-murid di aula sekolah. Hadir dalam acara ini
Ketua PDGI Belitung drg. Suhartatik, Kepala Dinas Kesehatan dr.Suhandri, Sp.OG
dan Kepala Puskesmas area Tanjung Pendam.
Akhirnya tim ketiga yang ditunggu-tunggu datang juga di SDN
038. Sebanyak 67 orang alumni FKG UGM angkatan 86 tiba dalam 2 bis kecil dan
disambut meriah oleh Kepala Sekolah, guru-guru dan murid-murid. Tarian selamat
datang sebagai penghormatan kepada tamu disajikan oleh murid-murid dengan
indahnya. Drg. Gagah sebagai ketua panitya diwajibkan untuk mencicipi sirih
sebagai tanda penghormatan. Sungguh sebuah sambutan yang hangat dan
mengharukan!
Setelah tarian sekapur sirih, acara menyikat gigi massalpun
dilakukan oleh murid-murid kelas 4 sampai kelas 6 yang sudah menunggu sejak
pagi. Acara berlangsung meriah apalagi dengan kehadiran puluhan alumni yang
berkaos cantik bertuliskan “Rainbow Smile” yang merupakan kaos seragam tematik
kegiatan Baksos dan Reuni 30 FKG UGM 86 ini.
Tak membuang waktu lama, acara Baksos pun berakhir, kami
berpamitan dengan pihak sekolah dan para dokter gigi Belitung yang membantu
kegiatan kami dan langsung naik bis untuk melanjutkan perjalanan ke Belitung
Timur. Perjalanan wisata pertama di Negeri Laskar Pelangi pun dimulai.
Perjalanan sepanjang 90 kilometer ini ditempuh dalam waktu
1,5 jam dalam kondisi hujan. Sepanjang jalan celotehan teman-teman meramaikan
perjalanan dan tak terasa kamipun tiba di Gantong, di lokasi replika SD
Muhammdiyah yang menjadi lokasi film Laskar Pelangi. Waktu yang terbatas dan
kondisi hujan membuat kami tak bisa
berlama-lama disini dan lanjut ke lokasi lain yaitu Museum Kata Andrea Hirata
di Kota Manggar. Museum ini didirikan oleh Andrea Hirata, novelis yang terkenal
karena novelnya “Laskar Pelangi”, sukses difilmkan, merupakan bangunan khas Belitung yang penuh dengan foto, piagam penghargaan dan poster kata-kata bijak
karya Andrea Hirata. Di bagian belakangnya terdapat café dimana wisatawan bisa bersantai menikmati kopi dan makanan khas Belitung.
Dari Museum ini kami beranjak ke kediaman Bapak Basuki
Cahaya Purnama yang sekarang menjadi Gubernur DKI Jakarta. Disana ada tempat pembuatan batik khas Belitung yang kini sudah dikembangkan sebagai kekayaan
budaya dan menjadi salah satu cindera
mata khas daerah ini.
Karena kami sudah berada di Manggar, ibukota Belitung Timur
yang terkenal dengan sebutan Kota dengan 1001 Warung Kopi, maka tidak sah
rasanya jika tidak menikmati kopi khas Manggar. Kamipun mampir di Warung Kopi
Millenium menikmati kopi susu atau kopi O (kopi hitam tanpa gula) ditemani pisang goreng panas yang makin nikmat rasanya
ditengah suasana hujan rintik.
Perjalanan kembali ke Tanjung Pandan sedikit lebih tenang
dari sebelumnya, mungkin karena lelah atau kekenyangan. Namun sebelum kembali
ke hotel, kami makan malam dahulu di Restauran Dynasty dan menikmati berbagai
sajian seafood seperti kepiting saus padang, sup ikan, cumi, kepiting isi yang
lezat dan terlupakanlah urusan diet (khususnya yang harus berdiet
kolesterol). Kembali ke hotel dengan
perut kenyang dan badan lelah, saatnya beristirahat untuk bersenang-senang esok
harinya. Namun dari pernyataan beberapa teman, ternyata banyak yang baru tidur
lewat tengah malam karena saling bertukar cerita dengan teman sekamar yang
sudah lama tidak berjumpa. Yah…inilah reuni….
Minggu, 7 Februari 2016. Keriaan sudah bergaung di
Kemuning Restaurant Hotel Grand Hatika saat waktu sarapan pagi. Wajah-wajah
ceria dan excited siap untuk
menikmati wisata pulau atau island
hopping yang terkenal di negeri Laskar Pelangi sebagai salah satu keharusan
jika bertandang kesini. Jam 8 sesuai rencana kamipun sudah dalam perjalanan
menuju Pantai Tanjung Kelayang dimana perahu untuk wisata pulau sudah disiapkan
oleh pihak EO. Tim dibagi dalam 3 perahu berkapasitas 10-30 orang dan setiap
orang wajib memakai life-vest jacket
untuk keamanan. Angin barat yang sedang berlangsung di bulan Februari membuat
adrenalin sedikit meningkat karena ombak setingi 1 hingga 2 meter mengayun
perahu naik dan turun. Tapi bagi sebagian peserta hal ini menjadikan suasana
makin seru.
Perjalan pertama menuju Pulau Lengkuas berlangsung
sekitar 30 menit. Menara mercusuar yang menjulang tinggi, langit biru dan pasir
putih dan bebatuan granit dikeliling air laut yang kehijauan menjadikan pulau
ini pantas menjadi icon Belitung. Sungguh pemandangan yang memanjakan hati dan
pikiran. Sebagian peserta dengan tekad bulat berniat untuk menahlukkan mercusuar
setinggi 65 meter dengan 318 anak tangga dan sebagian memilih untuk berfoto
disekitar pulau atau mengobrol sambil menikmati keindahan pulau Lengkuas sambil
mengunyah berbagai makanan bawaan dari berbagai daerah yang dibawa peserta.
Dari Pulau Lengkuas, perjalanan dilanjutkan menuju Pulau
Kepayang untuk istirahat makan siang dan solat. Pulau Kepayang adalah satu-satunya
pulau yang memiliki sumber air tawar sehingga menjadi pulau singgah untuk makan
siang para wisatawan. Disini juga ada café, mushola dan tentunya toilet yang layak dan bersih. Menu makan siang kami hari ini adalah seafood (lagi) dengan sajian
pembuka sup ikan gangan yang rasanya asam-asam segar. Ikan gangan sendiri merupakan ikan khas daerah ini dan
kulitnya yang seperti kikil atau kulit sapi memang unik dan tidak dijumpai di
daerah lain. Sajian lainnya tak kalah lezat yaitu, cumi goreng tepung, udang
bakar, ikan bakar, tumis kangkung dan tumis genjer. Ada lagi menu tambahan dari
peserta yaitu pempek Palembang bawaan drg. Yuni, ketan bakar dan sambal pengkang
dari Mempawah yang dibawa drg. Asih, lumpia Semarang bawaan drg. Lusi dan berbagai
camilan lain sangat memanjakan perut kami….super duper keren kekompakan FKG UGM
angkatan 86 ini!
Perjalanan dilanjutkan kembali menuju Pantai Tanjung
Kelayang dengan melewati beberapa spot yaitu Pulau Pasir, pulau yang hanya berupa gundukan pasir yang
sayangnya tidak muncul karena kondisi laut pasang, kemudian menuju Pulau Batu Berlayar yang unik berupa gugusan
batu-batuan yang berdiri vertikal yang bila sedang tertutup air pasang nampak seperti
layar perahu. Terakhir kami melewati Pulau Burung Garuda, tumpukan bebatuan yang nampak seperti
kepala burung dilihat dari kejauhan. Tiba di Pantai Tanjung Kelayang perut kami
masih dimanjakan oleh suguhan kopi dan teh panas dengan pisang goreng lezat
sebelum melanjutkan perjalanan ke Pantai Tanjung Tinggi.
Pantai Tanjung Tinggi, adalah pantai cantik yang terdiri
dari ribuan batu granit yang bertebaran disepanjang pantai yang terkenal
sebagai lokasi film Laskar Pelangi. Sayang waktu kami dibatasi hanya 30 menit
karena kami harus bersiap untuk acara puncak reuni ini pada malam harinya.
Padahal tempat yang kami eksplor di pantai ini baru sebagian kecil.
Rupanya kami harus mengejar waktu untuk menikmati mie Belitung sebelum restoran tersebut tutup. Jadilah perut kami (yang sebenarnya masih kenyang) diisi mie khas Belitung dengan kuah udang kental yang terasa manis menggoyang lidah.
Rupanya kami harus mengejar waktu untuk menikmati mie Belitung sebelum restoran tersebut tutup. Jadilah perut kami (yang sebenarnya masih kenyang) diisi mie khas Belitung dengan kuah udang kental yang terasa manis menggoyang lidah.
Malam harinya, acara puncak yang bertajuk “Hawaiian Night” digelar di
poolside Hotel Grand Hatika tepat jam 7 malam. Sesuai dresscode semua peserta
memakai atasan cerah dan bawahan jeans. Panitya sudah menyiapkan kalung, mahkota
dan pin bunga-bunga untuk dipakai tiap peserta supaya makin meriah
penampilannya. Acara yang dipandu MC drg. Krisbudi, drg. E. Setyodewi dan drg.
Bagus Ario berlangsung seru dan meriah. Apalagi begitu banyak hadiah dibagikan
untuk siapapun yang berhak baik dari permainan maupun kriteria-kriteria konyol
yang sudah disiapkan tim acara. Terpilih sebagai King dan Queen adalah drg.
Budi Baskoro dan drg. Indri Setyowati dengan kriteria sebagai alumni yang
bermetamorfosa paling luar biasa (jika dibandingkan dengan masa kuliah dulu).
King dan Queen diwajibkan untuk duduk disinggasananya di atas panggung
sepanjang acara yang penuh gelak tawa ini. Setelah hampir 4 jam, acara malam
keakraban pun usai dengan diluncurkannya kembang api dan confetty, semua
peserta puas dan senang. Panitya tentunya juga lega.
Senin 8 February 2016, hari raya Imlek bagi kaum Tionghoa
dan hari libur nasional, merupakan hari terakhir rangkaian kegiatan reuni di
Belitung. Tak seperti pagi sebelumnya, pagi ini banyak peserta yang memanfaatkan waktunya
untuk bermain ke Pantai Tanjung Pendam atau berjalan-jalan disekitar hotel setelah
sarapan pagi. Jadwal acara hari ini setelah check-out di hotel adalah
mengunjungi Rumah Adat Belitung dan Danau Kaolin. Sayang, saya malah tidak bisa
bergabung dengan yang lain karena ada hal yang harus dikerjakan pagi ini. Namun
melihat foto-foto kunjungan teman-teman ke Rumah Adat dan Danau Kaolin
menunjukkan wajah-wajah ceria dan sangat menikmati kebersamaan dengan teman-teman
yang segera akan berpisah.
Jam 11 siang, semua sudah siap di Bandara Soettan
Hanandjoeddin, Tanjung Pandan, peluk cium perpisahan mulai berlangsung diantara
kami. Tak terasa waktu 3 hari ini sudah berakhir. Pesawat Bombardier CRJ 1000 Garuda
Indonesia membawa kami terbang kembali ke Jakarta. Di bandara Soekarno Hatta, tim
Semarang sudah ditunggu penerbangan selanjutnya ke Semarang, tim Yogyakarta
masih menunggu 4 jam kemudian untuk terbang, tim Bandung langsung menuju travel
yang telah menunggu untuk kembali ke Bandung, tim Jakarta pun berpencar kembali
ke rumah masing-masing.
Alhamdulillah, usai sudah perjalanan dan reuni yang luar
biasa ini. Terimakasih teman-teman untuk kebersamaannya. Semoga masih ada waktu
bagi kita untuk bertemu lagi. Salam FKG UGM 86!!! Love you all!!!
(Catatan ini ditulis oleh Fajar Sulawati, mohon maaf apabila sudut pandang cerita dan pengalaman yang dialami selama kegiatan berlangsung berbeda dengan yang lain)
Salam, Fajar Sulawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar